A Miracle
in a Little Bottle
Tik.. tok..
tik.. tok.. jarum-jarum kecil dari dalam jam dinding bersuara yang seakan akan
berputar dan menari dengan mengikuti waktu yang perlahan mulai menjauh dariku,
suara yang begitu jelas terdengar sayup dan menyapa daun telingaku. Suara
dentingan dari jarum-jarum kecil itu, serasa memebelah dan memecahkan sunyi dan
heningnya malam ini. Kutatap keluar jendela kamarku, sambil mendengarkan
dentingan waktu itu.
Kumenatap jauh hingga rasanya, jiwaku
sudah tidak berada lagi didalam kamar itu. Yang kurasakan hanya Pilu dan seribu
satu pertanyaan yang satu persatu berhubungan dan berputar serta berjalan
dibenakku. Pertanyaan yang kurasa tidak pernah ada jawabanya bagiku. Perlahan
sebuah butiran butiran kecil tiba tiba jatuh dan mengalir diatas pipiku. Kuusap
dan ternyata itu adalah butiran air yang mengandung sejuta pilu yang bersal
dari mataku.
Masih Segar dipikiranku apa yang
terjadi 2 hari yang lalu. Sebuah kejadian yang tak pernah kusangka sebelumya.
Pada hari itu penyemangat dan separuh dari diriku sendiri hilang bersamanya.
Tak tahu apakah aku akan bisa berdiri dengan tegap dan melanjutkan hidup
didunia fana ini. Dia adalah orang yang sangat tahu tentang aku, siapa aku dan
bagaimana aku. Dia yang memberi tahuku pertama kali tentang indah dan buruknya
dunia ini. Dan dia jugalah yang membuatku bisa berdiri tegap dan mengahadapi
duna ini.
Yah setiap orang pasti memilikinya.
Seorang malaikat yang dititipkan untukku yaitu ibuku. Namun mulai sekarang tak akan aku rasakan belaianmu
itu disetiap langkahku. Karena kau telah sangat jauh dariku. Tiba tiba butiran
air itu serasa deras dikedua pipiku seakan ikut memeberi tahu dunia bahwa aku
tak bisa merelakanya. “Tuhan, Kenapa kau mengambilnya dariku? Padahal kau
katakan bahwa dia adalah malaikat dan peri pelindungku. Lalu sekarang siapa
yang akan melindungiku?”Gumamku dalam hati.
Itulah salah satu pertanyaan yang
selalu menyeruak dari dalam hatiku. Namun tuhan tak pernah membalas dan
menjawabnya. Mulai hari itu juga aku tak lagi percaya akan namanya keajaiban
yang tuhan berikan. Ingin kuberbagi, namun aku tak tahu pada siapa serasa
didunia yang besar dan luas ini aku hanya sendiri dan hanya ditemani temanku
yang bisu yang hanya akan muncul ketika aku berada dibawah cahaya. Namun akan
hilang jika aku berada dikegelapan malam.
Tiba tiba kegelapan malam itu mulai
memudar dan keheningan malam itu mulai hilang. Cahaya terang mulai menembus
celah celah jendela kamarku. Suara hiruk pikuk perkotaan yang tak jelas mulai
terdengar. Ternyata sang mentari sudah mulai mengambil posisinya. Akupun mulai
terbangun dari lamunan panjangku. Aku berdiri dan mulai mengambil handukku dan
berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai berbenah diri,dengan
tubuh yang sedikit lemah mata yang sembab perlahan akupun kembali melakukan aktifitas rutinku yang kutekuni mulai dari
awal tahun yang lalu ketika ibu masih bersama. Yaitu mengayuh sepeda untuk
pergi menuntut ilmu disalah satu universitas diibukota. Sebelum berangkat,
kusempatkan diri sejenak melihat fotoku barsama malaikatku yang telah pergi.
Masih ingat dengan jelas bealaian tangannya yang selalu kudapat sebelum
beraktifitas.
Setelah itu akupun mulai perlahan
mengayuh pedal sepeadaku dan menuju kampus. Tak lama sekitar 30 menit beralalu.
Aku tiba dikampus tempatku menuntut ilmu. “Dinda, Dinda tungguin aku”. Sebuah
suara terdengar memanggil namaku, aku pun menoleh kebelakang dan melihat
darimana suara itu berasal. “kamu din cepet banget sih perginya, gak nungguin aku
lagi” ternayata suara itu berasal dari temenku sekelasku liana.
Dengan tersenyum aku hanya bisa
menjawab” maaf tadi aku bangunya agak cepet, takut kena macet”. Dinda itu
adalah namaku dan do’a yang diberikan ibu dan ayahku padaku, aku adalah salah seorang
mahasiswi dari sebuah universitas diibukota.ibuku meninggal 2 hari yang Lalu. Dalam sebuah kecelakaan.ayahku tinggal
dikota lain untuk bekerja dan mencari nafkah. Aku tinggal sendiri disebuah
rumah kecil. Lalu aku dan temanku kembali berjalan menuju kekelas kami pada
pagi itu.
Setelah beberapa jam aku
berada dikampus, dan semua matakuliah sudah kulewati. “bye dinda ketemu besok
ya!” ujar beberapa temanku yang mengucap salam perpisahan hari itu. “iya sampai
jumpa” balasku pada mereka. Hari semakin sore, dan teman bisuku mulai datang
menghampiriku. Perlahan aku mulai mengayuh pedal sepedaku. Diperitigaan aku
jalanku terhenti oleh sebuah lampu merah jalanan yang menyala.
Hiruk pikuk perkotaan yang ramai tetap membuatku merasa
kesepian. Terlebih lagi ketika aku harus pulang kerumah, dan semua kenangan
tentang ibuku kembali pulang ke otaku. “kak, beli donk kak daganganku, belikan
donk kak danganku belum ada yang terjual, aku belum makan dari beberapa hari
yang lalu, ibuku juga sakit kak” sebuah suara yang lirih menghampiriku.
Ternyata itu adalah suara lirih anak kecil pedagang asongan yang
mencoba menawariku daganganya. Aku merasa sangat kasian padanya badan kecil, ringkih
dan kurus membawa dangan beberapa makanan ringan dan minuman. Tiba tiba aku
tertuju pada sebotol kecil minuman susu yang dijual anak itu. Susu botol itu
mengingatkanku pada ibu yang dulu sering membelikan ku minuman itu
.”yaudah dek kakak beli satu botol susu ini yah” ujarku pada
anak itu.” Oh iya terimakasih banyak kak, semoga kakak selalu dilindungi Allah
dan diberi keberkahan ” do’a anak itu kepadaku. “ iya Amin, makasih dek”
balasku pada anak itu.Lampu hijau jalanan kembali menyala, suara klakson
kendaraan bersautan sekan tidak sabar akan padatnya ibukota. Kembali roda
sepedaku berputar dan meyusuri perlahan langkah demi langkah jalan menuju
rumahku.
Tak lama kemudian diperjalan kemabali roda sepedaku berhenti dan
kakiku berhenti mengayuh pedal sepedaku. Aku melihat seekor kucing jalanan yang
ketakutan berada ditengah jalan yang ramai. Akupun berhenti dan berjalan
menuju kucing malang itu. Ku angkat
badanya yang kurus dan kumal. Kubawa menuju pinggir jalanan. Kucing itupun
menatapku seakan ingin mengucapkan kata terimaksih.
Setalah kumersa dia sudah aman akupun perlahan mulai meninggalkanya.
Namun tiba tiba kucing itu kembali mengejarku dan mengigit kecil dibagian bawah
rok yang kukenakan. ”Aku bingung apa mungkin kucing in berharap aku membawanya?
Atau mungkin kucing ini sedang merasa kelaparan dan berharap aku memberinya
makan?”, ujarku dalam hatiku.
Ingin kubawa kucing itu pulang dan menjadi temanku. Namun itu
pasti akan sangat sulit sementara jarah rumahku, lumayan jauh dari tempat itu.
Akupun ingat dengan sebotol susu yang kubeli dari anak dilampu meah tadi. Tak
jauh dari tempat itu ada wadah kecil bekas tempat makanan. Kutuangan sebotol
susu itu kewadah itu.
Padahal itu adalah sebotol susu yang membuatku ingat pada
ibu.namun aku tahu bahwa susu itu masih bisa kubeli diwarung tapi nyawa kucing
ini tak bisa kubeli dimanapun. Ternyata kucing itu sangat menyukai susu coklat
yang kuberi. Dengan lahap kucing itu meminumnya. Tiba tiba selang beberapa
detik setelah kucing itu minum sebuah suara yang sangat keras mengagetkanku dan
terdengar pula suara teriakan.
Tolong....!!! ku menoleh kebelakang dan ternyata tak jauh dari
tempatku berdiri sebuah kecelakaan beruntun terjadi, banyak anak anak dan orang
dewasa yang terluka. Aku sangat kaget sekan
semua terjadi dengan sangat cepat. Kulihat kucing itu sudah berlari dan
pergi karena suara dentuman yang begitu besar iya menyisakan sedikit susu yang
berada diwadah itu. Orang orang mulai berdatangan ketempat kejadian dan
keamanan negara muali sibuk dengan kerjanya.
Akupun kembali melanjutkan perjalan, sebelum sebuah macet yang
sangat panjang menghambatku tiba dirumah. Sepanjang jalan aku mengingat
kejadian yang baru saja ku alami. Dan kukaitkan satu sama lain. dan aku
mendapat sebuah kesimpulan. Ternyata Allah masih sangat meyayangiku. Allah teah
memberiku Kejaiban didalam sebotol susu itu.melalui perantara si anak dilampu
merah dan seekor kucing yang ketakutan ditengah jalanan padat tadi.
Jika saja aku tak perduli dengan anak yang ada dilampu merah,
dan aku tak peduli denga kucing yang malang itu, serta jika saja aku terlamat
beberapa detik dan tetap melanjutkan perjalanan, pasti aku juga akan ada didalm
kecelakaan itu. Tak tahu apa yang akan terjadi pada aku dan ayahku jika itu
terjadi. Sebuah keajaiban yang tadinya aku tak percaya lagi. Sekarang aku mulai
mempercayainya. Sebauh keajaiban yang diberikan Allah padaku didalam sebotol
susu.
Percayalah pada keajaiban itu, maka ia akan datang. Namun jangan
pernah kamu hanya menunggu dan mengharapkan keajaiban itu jika kamu tidak
berusaha sebelumnya. Ingat Tuhan tidak akan memberikan keajaiban itu jika kamu
tidak peduli pada sekitar. Dan lupakan semua kesedihan yang ada pasti Allah
akan memberikan yang lebih baik lagi. Percayalah pada Keajaiban.