Sabtu, 08 Oktober 2016

Story- A Miracle in a Litte Bottle


A Miracle in a Little Bottle

            Tik.. tok.. tik.. tok.. jarum-jarum kecil dari dalam jam dinding bersuara yang seakan akan berputar dan menari dengan mengikuti waktu yang perlahan mulai menjauh dariku, suara yang begitu jelas terdengar sayup dan menyapa daun telingaku. Suara dentingan dari jarum-jarum kecil itu, serasa memebelah dan memecahkan sunyi dan heningnya malam ini. Kutatap keluar jendela kamarku, sambil mendengarkan dentingan waktu itu.
          Kumenatap jauh hingga rasanya, jiwaku sudah tidak berada lagi didalam kamar itu. Yang kurasakan hanya Pilu dan seribu satu pertanyaan yang satu persatu berhubungan dan berputar serta berjalan dibenakku. Pertanyaan yang kurasa tidak pernah ada jawabanya bagiku. Perlahan sebuah butiran butiran kecil tiba tiba jatuh dan mengalir diatas pipiku. Kuusap dan ternyata itu adalah butiran air yang mengandung sejuta pilu yang bersal dari mataku.
          Masih Segar dipikiranku apa yang terjadi 2 hari yang lalu. Sebuah kejadian yang tak pernah kusangka sebelumya. Pada hari itu penyemangat dan separuh dari diriku sendiri hilang bersamanya. Tak tahu apakah aku akan bisa berdiri dengan tegap dan melanjutkan hidup didunia fana ini. Dia adalah orang yang sangat tahu tentang aku, siapa aku dan bagaimana aku. Dia yang memberi tahuku pertama kali tentang indah dan buruknya dunia ini. Dan dia jugalah yang membuatku bisa berdiri tegap dan mengahadapi duna ini.
          Yah setiap orang pasti memilikinya. Seorang malaikat yang dititipkan untukku yaitu ibuku. Namun  mulai sekarang tak akan aku rasakan belaianmu itu disetiap langkahku. Karena kau telah sangat jauh dariku. Tiba tiba butiran air itu serasa deras dikedua pipiku seakan ikut memeberi tahu dunia bahwa aku tak bisa merelakanya. “Tuhan, Kenapa kau mengambilnya dariku? Padahal kau katakan bahwa dia adalah malaikat dan peri pelindungku. Lalu sekarang siapa yang akan melindungiku?”Gumamku dalam hati.
          Itulah salah satu pertanyaan yang selalu menyeruak dari dalam hatiku. Namun tuhan tak pernah membalas dan menjawabnya. Mulai hari itu juga aku tak lagi percaya akan namanya keajaiban yang tuhan berikan. Ingin kuberbagi, namun aku tak tahu pada siapa serasa didunia yang besar dan luas ini aku hanya sendiri dan hanya ditemani temanku yang bisu yang hanya akan muncul ketika aku berada dibawah cahaya. Namun akan hilang jika aku berada dikegelapan malam.
          Tiba tiba kegelapan malam itu mulai memudar dan keheningan malam itu mulai hilang. Cahaya terang mulai menembus celah celah jendela kamarku. Suara hiruk pikuk perkotaan yang tak jelas mulai terdengar. Ternyata sang mentari sudah mulai mengambil posisinya. Akupun mulai terbangun dari lamunan panjangku. Aku berdiri dan mulai mengambil handukku dan berjalan menuju kamar mandi.
          Setelah selesai berbenah diri,dengan tubuh yang sedikit lemah mata yang sembab  perlahan akupun kembali melakukan  aktifitas rutinku yang kutekuni mulai dari awal tahun yang lalu ketika ibu masih bersama. Yaitu mengayuh sepeda untuk pergi menuntut ilmu disalah satu universitas diibukota. Sebelum berangkat, kusempatkan diri sejenak melihat fotoku barsama malaikatku yang telah pergi. Masih ingat dengan jelas bealaian tangannya yang selalu kudapat sebelum beraktifitas.
          Setelah itu akupun mulai perlahan mengayuh pedal sepeadaku dan menuju kampus. Tak lama sekitar 30 menit beralalu. Aku tiba dikampus tempatku menuntut ilmu. “Dinda, Dinda tungguin aku”. Sebuah suara terdengar memanggil namaku, aku pun menoleh kebelakang dan melihat darimana suara itu berasal. “kamu din cepet banget sih perginya, gak nungguin aku lagi” ternayata suara itu berasal dari temenku sekelasku liana. 
          Dengan tersenyum aku hanya bisa menjawab” maaf tadi aku bangunya agak cepet, takut kena macet”. Dinda itu adalah namaku dan do’a yang diberikan ibu dan ayahku padaku, aku adalah salah seorang mahasiswi dari sebuah universitas diibukota.ibuku meninggal 2 hari yang  Lalu. Dalam sebuah kecelakaan.ayahku tinggal dikota lain untuk bekerja dan mencari nafkah. Aku tinggal sendiri disebuah rumah kecil. Lalu aku dan temanku kembali berjalan menuju kekelas kami pada pagi itu.
 Setelah beberapa jam aku berada dikampus, dan semua matakuliah sudah kulewati. “bye dinda ketemu besok ya!” ujar beberapa temanku yang mengucap salam perpisahan hari itu. “iya sampai jumpa” balasku pada mereka. Hari semakin sore, dan teman bisuku mulai datang menghampiriku. Perlahan aku mulai mengayuh pedal sepedaku. Diperitigaan aku jalanku terhenti oleh sebuah lampu merah jalanan yang menyala.
Hiruk pikuk perkotaan yang ramai tetap membuatku merasa kesepian. Terlebih lagi ketika aku harus pulang kerumah, dan semua kenangan tentang ibuku kembali pulang ke otaku. “kak, beli donk kak daganganku, belikan donk kak danganku belum ada yang terjual, aku belum makan dari beberapa hari yang lalu, ibuku juga sakit kak” sebuah suara yang lirih menghampiriku.
Ternyata itu adalah suara lirih anak kecil pedagang asongan yang mencoba menawariku daganganya. Aku merasa sangat kasian padanya badan kecil, ringkih dan kurus membawa dangan beberapa makanan ringan dan minuman. Tiba tiba aku tertuju pada sebotol kecil minuman susu yang dijual anak itu. Susu botol itu mengingatkanku pada ibu yang dulu sering membelikan ku minuman itu
.”yaudah dek kakak beli satu botol susu ini yah” ujarku pada anak itu.” Oh iya terimakasih banyak kak, semoga kakak selalu dilindungi Allah dan diberi keberkahan ” do’a anak itu kepadaku. “ iya Amin, makasih dek” balasku pada anak itu.Lampu hijau jalanan kembali menyala, suara klakson kendaraan bersautan sekan tidak sabar akan padatnya ibukota. Kembali roda sepedaku berputar dan meyusuri perlahan langkah demi langkah jalan menuju rumahku.
Tak lama kemudian diperjalan kemabali roda sepedaku berhenti dan kakiku berhenti mengayuh pedal sepedaku. Aku melihat seekor kucing jalanan yang ketakutan berada ditengah jalan yang ramai. Akupun berhenti dan berjalan menuju  kucing malang itu. Ku angkat badanya yang kurus dan kumal. Kubawa menuju pinggir jalanan. Kucing itupun menatapku seakan ingin mengucapkan kata terimaksih.
Setalah kumersa dia sudah aman akupun perlahan mulai meninggalkanya. Namun tiba tiba kucing itu kembali mengejarku dan mengigit kecil dibagian bawah rok yang kukenakan. ”Aku bingung apa mungkin kucing in berharap aku membawanya? Atau mungkin kucing ini sedang merasa kelaparan dan berharap aku memberinya makan?”, ujarku dalam hatiku.
Ingin kubawa kucing itu pulang dan menjadi temanku. Namun itu pasti akan sangat sulit sementara jarah rumahku, lumayan jauh dari tempat itu. Akupun ingat dengan sebotol susu yang kubeli dari anak dilampu meah tadi. Tak jauh dari tempat itu ada wadah kecil bekas tempat makanan. Kutuangan sebotol susu itu kewadah itu.
Padahal itu adalah sebotol susu yang membuatku ingat pada ibu.namun aku tahu bahwa susu itu masih bisa kubeli diwarung tapi nyawa kucing ini tak bisa kubeli dimanapun. Ternyata kucing itu sangat menyukai susu coklat yang kuberi. Dengan lahap kucing itu meminumnya. Tiba tiba selang beberapa detik setelah kucing itu minum sebuah suara yang sangat keras mengagetkanku dan terdengar pula suara teriakan.
Tolong....!!! ku menoleh kebelakang dan ternyata tak jauh dari tempatku berdiri sebuah kecelakaan beruntun terjadi, banyak anak anak dan orang dewasa yang terluka. Aku sangat kaget sekan  semua terjadi dengan sangat cepat. Kulihat kucing itu sudah berlari dan pergi karena suara dentuman yang begitu besar iya menyisakan sedikit susu yang berada diwadah itu. Orang orang mulai berdatangan ketempat kejadian dan keamanan negara muali sibuk dengan kerjanya.
Akupun kembali melanjutkan perjalan, sebelum sebuah macet yang sangat panjang menghambatku tiba dirumah. Sepanjang jalan aku mengingat kejadian yang baru saja ku alami. Dan kukaitkan satu sama lain. dan aku mendapat sebuah kesimpulan. Ternyata Allah masih sangat meyayangiku. Allah teah memberiku Kejaiban didalam sebotol susu itu.melalui perantara si anak dilampu merah dan seekor kucing yang ketakutan ditengah jalanan padat tadi.
Jika saja aku tak perduli dengan anak yang ada dilampu merah, dan aku tak peduli denga kucing yang malang itu, serta jika saja aku terlamat beberapa detik dan tetap melanjutkan perjalanan, pasti aku juga akan ada didalm kecelakaan itu. Tak tahu apa yang akan terjadi pada aku dan ayahku jika itu terjadi. Sebuah keajaiban yang tadinya aku tak percaya lagi. Sekarang aku mulai mempercayainya. Sebauh keajaiban yang diberikan Allah padaku didalam sebotol susu.
Percayalah pada keajaiban itu, maka ia akan datang. Namun jangan pernah kamu hanya menunggu dan mengharapkan keajaiban itu jika kamu tidak berusaha sebelumnya. Ingat Tuhan tidak akan memberikan keajaiban itu jika kamu tidak peduli pada sekitar. Dan lupakan semua kesedihan yang ada pasti Allah akan memberikan yang lebih baik lagi. Percayalah pada Keajaiban.

1 komentar:

Desinorisahputri mengatakan...

Banyak terjadi diluar kendali, makasih ceritanya fira, aku termotivasi😊

Posting Komentar